Otto Syamsuddin: Aceh Tak Hargai Keberagaman
Otto Syamsuddin: Aceh Tak Hargai Keberagaman - Selamat datang di blog Sejarah Aceh, Info kali ini adalah tentang Otto Syamsuddin: Aceh Tak Hargai Keberagaman !! Semoga tulisan singkat dengan kategori
Aceh !!
Aceh Hari Ini !!
Calon Gubernur Aceh 2011-2016 !!
Otto Syamsuddin Ishak !! ini bermanfaat bagi anda yang membutuhkan. Dan untuk anda yang baru berkunjung kenal dengan blog sederhana ini, Jangan lupa ikut menyebarluaskan postingan bertema Otto Syamsuddin: Aceh Tak Hargai Keberagaman ini ke social media anda, Semoga rezeki berlimpah ikut di permudahkan sang khalik yang maha kuasa, Selengkapnya lansung lihat infonya dibawah -->
Rendahnya pemahaman akan keberagaman menjadi salah satu persoalan di Aceh saat ini. Itulah sebabnya, banyak yang tak menghargai keberagaman tersebut, padahal Aceh begitu kaya akan keberagaman.
Hal ini disampaikan Sosiolog Aceh, Otto Syamsuddin Ishak dalam Workshop Berdamai Dalam Kebaragaman yang diselenggarakan Forum Pemuda Peduli Perdamaian (FPPP) di Sare School, Sabtu(16/7). Menurut Otto, keberagaman adalah sebuah rahmat kehidupan.
”Tapi hal ini jarang dibicarakan orang Aceh,” katanya.
Seolah-olah, lanjut Otto, Aceh tidak memiliki kebaragaman, padahal kalau kita lihat dari segi apapun Aceh sangat kaya dengan keberagaman, tetapi di sisi masyarakat Aceh itu sendiri sangat miskin dengan keberagaman.
“Sepertinya sangat sulit dipahami masyarakat Aceh saat ini, dimana setiap yang beragam ini selalu ingin mendominasi dan memaksakan keyakinan dirinya pada orang lain, masyarakat lebih cendrung ingin melakukan intervensi, apabila kita saling menjaga keharmonisan, maka intervensi itu tidak akan terjadi maka yang terjadi diskusi,” kata Otto.
Kadangkala, lanjut Otto, masyarakat Aceh sering merasa seolah-olah hilang keberadaan ketika dalam keberagaman. Semestinya harus disadari bahwa keberagaman itu sebuah realitas sosial.
“Semua keberagaman itu sifatnya horizontal tidak ada yang lebih tinggi dan tidak ada yang lebih rendah, semua sama, masuk ke aspek etnis, kita juga msih beragam, dalam pendidikan juga beragam,” kata Otto.
Menurut Otto, kemiskinan berkorelasi langsung dengan rendahnya akan pemahaman keberagaman. Ini sekaligus akan menjadikan Aceh dalam kemunduran.
Workshop itu diikuti beberapa lembaga kepemudaan di Aceh, seperti Muhammadiyah Aceh, FPI, Rabithah Taliban, Komunitas Punk, Komunitas Seni, Remaja Mesjid, Dayah, dan lain-lain.
Koordinator FPPP Maimunzir mengatakan, tujuan diadakannya kegiatan tersebut untuk menggali lebih dalam kebaragaman budaya yang ada di Aceh, serta membangun kesepahaman melalui sharing antar komunitas sosial adalam masyarakat. “Ini juga untuk merumuskan strategi sosial yang sesuai untuk menjaga kerukunan dalam interaksi sosial,” kata Munzir. (dad)
Sumber : Harian Aceh
Hal ini disampaikan Sosiolog Aceh, Otto Syamsuddin Ishak dalam Workshop Berdamai Dalam Kebaragaman yang diselenggarakan Forum Pemuda Peduli Perdamaian (FPPP) di Sare School, Sabtu(16/7). Menurut Otto, keberagaman adalah sebuah rahmat kehidupan.
”Tapi hal ini jarang dibicarakan orang Aceh,” katanya.
Seolah-olah, lanjut Otto, Aceh tidak memiliki kebaragaman, padahal kalau kita lihat dari segi apapun Aceh sangat kaya dengan keberagaman, tetapi di sisi masyarakat Aceh itu sendiri sangat miskin dengan keberagaman.
“Sepertinya sangat sulit dipahami masyarakat Aceh saat ini, dimana setiap yang beragam ini selalu ingin mendominasi dan memaksakan keyakinan dirinya pada orang lain, masyarakat lebih cendrung ingin melakukan intervensi, apabila kita saling menjaga keharmonisan, maka intervensi itu tidak akan terjadi maka yang terjadi diskusi,” kata Otto.
Kadangkala, lanjut Otto, masyarakat Aceh sering merasa seolah-olah hilang keberadaan ketika dalam keberagaman. Semestinya harus disadari bahwa keberagaman itu sebuah realitas sosial.
“Semua keberagaman itu sifatnya horizontal tidak ada yang lebih tinggi dan tidak ada yang lebih rendah, semua sama, masuk ke aspek etnis, kita juga msih beragam, dalam pendidikan juga beragam,” kata Otto.
Menurut Otto, kemiskinan berkorelasi langsung dengan rendahnya akan pemahaman keberagaman. Ini sekaligus akan menjadikan Aceh dalam kemunduran.
Workshop itu diikuti beberapa lembaga kepemudaan di Aceh, seperti Muhammadiyah Aceh, FPI, Rabithah Taliban, Komunitas Punk, Komunitas Seni, Remaja Mesjid, Dayah, dan lain-lain.
Koordinator FPPP Maimunzir mengatakan, tujuan diadakannya kegiatan tersebut untuk menggali lebih dalam kebaragaman budaya yang ada di Aceh, serta membangun kesepahaman melalui sharing antar komunitas sosial adalam masyarakat. “Ini juga untuk merumuskan strategi sosial yang sesuai untuk menjaga kerukunan dalam interaksi sosial,” kata Munzir. (dad)
Sumber : Harian Aceh
Demikianlah Artikel Otto Syamsuddin: Aceh Tak Hargai Keberagaman, Semoga dengan adanya artikel singkat seperti Informasi postingan Otto Syamsuddin: Aceh Tak Hargai Keberagaman ini, Anda benar benar sudah menemukan artikel yang sedang anda butuhkan Sekarang. Jangan lupa untuk menyebarluaskan informasi Otto Syamsuddin: Aceh Tak Hargai Keberagaman ini untuk orang orang terdekat anda, Bagikan infonya melalui fasilitas layanan Share Facebook maupun Twitter yang tersedia di situs ini.