Hermansyah, Pemburu Manuskrip Perang Aceh
Hermansyah, Pemburu Manuskrip Perang Aceh - Selamat datang di blog Sejarah Aceh, Info kali ini adalah tentang Hermansyah, Pemburu Manuskrip Perang Aceh !! Semoga tulisan singkat dengan kategori
Atjeh !!
Manuscript !!
My Activities !! ini bermanfaat bagi anda yang membutuhkan. Dan untuk anda yang baru berkunjung kenal dengan blog sederhana ini, Jangan lupa ikut menyebarluaskan postingan bertema Hermansyah, Pemburu Manuskrip Perang Aceh ini ke social media anda, Semoga rezeki berlimpah ikut di permudahkan sang khalik yang maha kuasa, Selengkapnya lansung lihat infonya dibawah -->
BANDA ACEH - Hermansyah, salah seorang pengkaji manuskrip dan naskah-naskah klasik di Aceh sekaligus dosen Fakultas Adab dan Humaniora UIN Ar-Raniry mengadakan kegiatan Jak Kalon Manuskrip (JKM) di Aceh. Kegiatan tersebut sekaligus melihat perkembangan naskah kuno di Aceh, terutama naskah-naskah perang Aceh melawan Belanda.
"JKM kali ini (20-21 Maret 2016) dilakukan di rumah kolektor manuskrip Aceh, Tarmizi A Hamid merupakan salah satu bagian dari kegiatannya menelusuri manuskrip-manuskrip tentang Perang Sabi Aceh melawan Belanda," kata Hermansyah.
Dalam inventarisasi yang dilakukan pada kegiatan tersebut ditemui beberapa naskah yang unik dan langka dari berbagai judul dan bidang ilmu, akan tetapi tidak ditemui dengan naskah perang Aceh.
Sebelumnya, kata Hermansyah, kegiatan tersebut juga sudah dilakukan di Museum Aceh selama dua kali berturut-turut. Di sana didapatkan 4 teks prang sabi Aceh yang ditulis pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, yaitu periode perang Aceh melawan Belanda.
"Penelusuran naskah-naskah Perang Aceh merupakan salah satu bagian dari kegiatan dalam memperingati perlawanan Aceh melawan Belanda sejak 143 tahun silam. Belanda mendeklarasikan pada dunia (Eropa) berperang dengan bangsa Aceh sejak 26 Maret 1873," katanya.
Sejak tahun tersebut, bencana peradaban menghancurkan Aceh. Kesigapan Aceh terhadap agresi luar, konflik internal, watak dan tabiat orang Aceh, hingga kepentingan kelompok menjadi bumerang terhadap masyarakatnya yang telah dibangun selama berabad-abad. Jati diri orang Aceh tergadai oleh harta dan tahta Belanda.
Sejauh ini, Hermansyah telah menginventarisir 60 manuskrip perang sabi, baik prosa ataupun syair (hikayat), seperti Hikayat Prang Sabi. Dari jumlah tersebut, 10 manuskrip ada di Aceh, selebihnya di luar negeri, terutama Leiden.
Hikayat Prang Sabi merupakan naskah yang mampu mengobarkan semangat melawan Belanda dan mati di jalan perang. Hingga, Belanda pun mengumumkan untuk membakar semua kitab Prang Sabi untuk menghapus jiwa nasionalisme Aceh. Namun, kemudian hari sebagiannya dibawa ke Belanda untuk dipelajari "pikiran" orang Aceh.
Source: http://portalsatu.com/read/histori/hermansyah-menelusuri-manuskrip-perang-aceh-8605
"JKM kali ini (20-21 Maret 2016) dilakukan di rumah kolektor manuskrip Aceh, Tarmizi A Hamid merupakan salah satu bagian dari kegiatannya menelusuri manuskrip-manuskrip tentang Perang Sabi Aceh melawan Belanda," kata Hermansyah.
Dalam inventarisasi yang dilakukan pada kegiatan tersebut ditemui beberapa naskah yang unik dan langka dari berbagai judul dan bidang ilmu, akan tetapi tidak ditemui dengan naskah perang Aceh.
Sebelumnya, kata Hermansyah, kegiatan tersebut juga sudah dilakukan di Museum Aceh selama dua kali berturut-turut. Di sana didapatkan 4 teks prang sabi Aceh yang ditulis pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, yaitu periode perang Aceh melawan Belanda.
"Penelusuran naskah-naskah Perang Aceh merupakan salah satu bagian dari kegiatan dalam memperingati perlawanan Aceh melawan Belanda sejak 143 tahun silam. Belanda mendeklarasikan pada dunia (Eropa) berperang dengan bangsa Aceh sejak 26 Maret 1873," katanya.
Sejak tahun tersebut, bencana peradaban menghancurkan Aceh. Kesigapan Aceh terhadap agresi luar, konflik internal, watak dan tabiat orang Aceh, hingga kepentingan kelompok menjadi bumerang terhadap masyarakatnya yang telah dibangun selama berabad-abad. Jati diri orang Aceh tergadai oleh harta dan tahta Belanda.
Sejauh ini, Hermansyah telah menginventarisir 60 manuskrip perang sabi, baik prosa ataupun syair (hikayat), seperti Hikayat Prang Sabi. Dari jumlah tersebut, 10 manuskrip ada di Aceh, selebihnya di luar negeri, terutama Leiden.
Hikayat Prang Sabi merupakan naskah yang mampu mengobarkan semangat melawan Belanda dan mati di jalan perang. Hingga, Belanda pun mengumumkan untuk membakar semua kitab Prang Sabi untuk menghapus jiwa nasionalisme Aceh. Namun, kemudian hari sebagiannya dibawa ke Belanda untuk dipelajari "pikiran" orang Aceh.
Source: http://portalsatu.com/read/histori/hermansyah-menelusuri-manuskrip-perang-aceh-8605
Demikianlah Artikel Hermansyah, Pemburu Manuskrip Perang Aceh, Semoga dengan adanya artikel singkat seperti Informasi postingan Hermansyah, Pemburu Manuskrip Perang Aceh ini, Anda benar benar sudah menemukan artikel yang sedang anda butuhkan Sekarang. Jangan lupa untuk menyebarluaskan informasi Hermansyah, Pemburu Manuskrip Perang Aceh ini untuk orang orang terdekat anda, Bagikan infonya melalui fasilitas layanan Share Facebook maupun Twitter yang tersedia di situs ini.