5 Manuskrip Penting Koleksi Museum Aceh Didigitalisasikan
5 Manuskrip Penting Koleksi Museum Aceh Didigitalisasikan - Selamat datang di blog Sejarah Aceh, Info kali ini adalah tentang 5 Manuskrip Penting Koleksi Museum Aceh Didigitalisasikan !! Semoga tulisan singkat dengan kategori
Aceh !!
Digitalisation !!
Konservasi !!
My Activities !! ini bermanfaat bagi anda yang membutuhkan. Dan untuk anda yang baru berkunjung kenal dengan blog sederhana ini, Jangan lupa ikut menyebarluaskan postingan bertema 5 Manuskrip Penting Koleksi Museum Aceh Didigitalisasikan ini ke social media anda, Semoga rezeki berlimpah ikut di permudahkan sang khalik yang maha kuasa, Selengkapnya lansung lihat infonya dibawah -->
Pasca rehab rekon gempa tsunami, manuskrip koleksi Museum Aceh mendapat “pelayanan” berupa digitalisasi yang dilakukan oleh Leipzig University Jerman bekerjasama dengan Pemerintah Aceh, dimulai tahun 2006. Kerjasama kedua belah pihak guna penyelamatan manuskrip-manuskrip yang ada di Aceh pasca gempa tsunami dalam bentuk softcopy atau perangkat lunak. Tentunya sangat berguna, apabila suatu saat nanti fisik naskah rusak, maka masih tersisa digital naskah dalam bentuk softcopy yang bisa diakses. Manfaat lainnya adalah kandungannya isi kitab (manuskrip) dapat dibaca di mana saja tanpa banyak bersentuhan dengan fisik naskah yang dapat mempengaruhi fisik naskah.
Pada awal tahun pelaksanaannya, sekitar 1600 naskah kuno koleksi Museum Aceh di ismpan di ruangan khusus. Namun, tidak semua didigitalkan oleh pihak Leipzig University. Ada beragam kemungkinan, kemungkinan salah satu di antaranya adalah masa program tersebut yang terbatas. Sehingga, setengah dari jumlah tersebut yang dapat diselesaikan, walaupun belum ada data akurat berapa jumlah manuskrip Aceh yang didigitalkan pada program tersebut. Ini sangat mengherankan disebabkan tidak ada keakuratan data yang dimiliki oleh kedua belah pihak, dan dapat dimaklumi, sebelum mungkin lahirnya katalog yang lebih lengkap naskah yang telah didigitalkan, direstorasi dan lainnya.
Berapapun jumlahnya menunjukkan sebagian besar naskah yang tersimpan di Museum Aceh belum terdigitalisasikan. Terutama, manuskrip-manuskrip yang langka dan tunggal (codex unicus) patut menjadi perhatian.
Awal tahun 2015, saya meluangkan waktu libur perkuliahan kampus untuk membaca naskah-naskah di Museum Aceh. Naskah koleksi Museum Aceh menjadi target saya mengingat manuskrip di sini masih kurang tersentuh oleh para pelajar, pembaca dan peneliti. Beberapa manuskrip memang menjadi perhatian saya, sebab selain isinya yang sangat penting, juga sangat langka.
Syukur Alhamdulillah, pada awal tahun saya memiliki sedikit simpanan lebih dari kantong pribadi saya, yang kemudian muncul untuk menyelamatkan naskah-naskah Aceh dalam bentuk digital, yang belum dilakukan oleh pihak-pihak lain sebelumnya. Dan, sebagai orang yang prefesional di bidang foto digital, serta telah banyak melakukan berbagai digitalisasi bersama saya selama ini, saya mengajak sdr. Irfan dan sdr. Karamullah (serta Tim Glamour) untuk menunaikan hajatan tersebut. Bagi saya, mereka sudah professional, berpengalaman dan terpercaya. Selain itu, mereka bekerja tanpa patokan harga, setidaknya bagi pribadi saya. Di sisi lain, sambutan baik pihak Museum Aceh menjadikan program ini sebagai langkah awal untuk dapat mendokumentasikan naskah-naskah penting.
Mengingat semangat yang muncul dan sambutan baik, maka kami melakukan digitalisasi naskah-naskah Museum Aceh. Tidak banyak naskah yang dilakukan dalam sehari kerja, mengingat dana dan waktu yang terbatas, dan dapat mendigitalisasikan beberapa naskah, antaranya:
1. Syarabul Asyiqin dan Asrarul ‘Arifin karya Hamzah Fansuri
2. Safinatul Hukkam fi Talkhisil Khassam karya Syekh Jalaluddin bin Syekh Kamaluddin At-Tarusani
3. Nasihatul Muslimin wa Tazkiratul Mukminin fi Fazail Jihad fi Sabilillah karya Abdussamad al-Palembani.
4. Hikayat Uroe Asyura : Anonim
5. Hikayat Prang Sabi : Anonim
Naskah-naskah dianggap penting karena tidak banyak disalin dan semakin sulit ditemui. Setiap naskah akan dideskripsikan khusus pada bagiannya masing-masing.
Harapan ke depan, penyelamatan naskah-naskah dalam bentuk digital akan terus kami lakukan, semampunya dan sekuatnya, baik koleksi Museum Pemerintah, swasta ataupun koleksi pribadi masyarakat.
Pada awal tahun pelaksanaannya, sekitar 1600 naskah kuno koleksi Museum Aceh di ismpan di ruangan khusus. Namun, tidak semua didigitalkan oleh pihak Leipzig University. Ada beragam kemungkinan, kemungkinan salah satu di antaranya adalah masa program tersebut yang terbatas. Sehingga, setengah dari jumlah tersebut yang dapat diselesaikan, walaupun belum ada data akurat berapa jumlah manuskrip Aceh yang didigitalkan pada program tersebut. Ini sangat mengherankan disebabkan tidak ada keakuratan data yang dimiliki oleh kedua belah pihak, dan dapat dimaklumi, sebelum mungkin lahirnya katalog yang lebih lengkap naskah yang telah didigitalkan, direstorasi dan lainnya.
Berapapun jumlahnya menunjukkan sebagian besar naskah yang tersimpan di Museum Aceh belum terdigitalisasikan. Terutama, manuskrip-manuskrip yang langka dan tunggal (codex unicus) patut menjadi perhatian.
Awal tahun 2015, saya meluangkan waktu libur perkuliahan kampus untuk membaca naskah-naskah di Museum Aceh. Naskah koleksi Museum Aceh menjadi target saya mengingat manuskrip di sini masih kurang tersentuh oleh para pelajar, pembaca dan peneliti. Beberapa manuskrip memang menjadi perhatian saya, sebab selain isinya yang sangat penting, juga sangat langka.
Teks Naskah Uroe Asyura, akibat kadar zat asam tinta yang melebur semakin besar setiap tahunnya dapat merusak (menghanguskan) kertas |
Syukur Alhamdulillah, pada awal tahun saya memiliki sedikit simpanan lebih dari kantong pribadi saya, yang kemudian muncul untuk menyelamatkan naskah-naskah Aceh dalam bentuk digital, yang belum dilakukan oleh pihak-pihak lain sebelumnya. Dan, sebagai orang yang prefesional di bidang foto digital, serta telah banyak melakukan berbagai digitalisasi bersama saya selama ini, saya mengajak sdr. Irfan dan sdr. Karamullah (serta Tim Glamour) untuk menunaikan hajatan tersebut. Bagi saya, mereka sudah professional, berpengalaman dan terpercaya. Selain itu, mereka bekerja tanpa patokan harga, setidaknya bagi pribadi saya. Di sisi lain, sambutan baik pihak Museum Aceh menjadikan program ini sebagai langkah awal untuk dapat mendokumentasikan naskah-naskah penting.
Mengingat semangat yang muncul dan sambutan baik, maka kami melakukan digitalisasi naskah-naskah Museum Aceh. Tidak banyak naskah yang dilakukan dalam sehari kerja, mengingat dana dan waktu yang terbatas, dan dapat mendigitalisasikan beberapa naskah, antaranya:
1. Syarabul Asyiqin dan Asrarul ‘Arifin karya Hamzah Fansuri
2. Safinatul Hukkam fi Talkhisil Khassam karya Syekh Jalaluddin bin Syekh Kamaluddin At-Tarusani
3. Nasihatul Muslimin wa Tazkiratul Mukminin fi Fazail Jihad fi Sabilillah karya Abdussamad al-Palembani.
4. Hikayat Uroe Asyura : Anonim
5. Hikayat Prang Sabi : Anonim
Naskah-naskah dianggap penting karena tidak banyak disalin dan semakin sulit ditemui. Setiap naskah akan dideskripsikan khusus pada bagiannya masing-masing.
Harapan ke depan, penyelamatan naskah-naskah dalam bentuk digital akan terus kami lakukan, semampunya dan sekuatnya, baik koleksi Museum Pemerintah, swasta ataupun koleksi pribadi masyarakat.
Demikianlah Artikel 5 Manuskrip Penting Koleksi Museum Aceh Didigitalisasikan, Semoga dengan adanya artikel singkat seperti Informasi postingan 5 Manuskrip Penting Koleksi Museum Aceh Didigitalisasikan ini, Anda benar benar sudah menemukan artikel yang sedang anda butuhkan Sekarang. Jangan lupa untuk menyebarluaskan informasi 5 Manuskrip Penting Koleksi Museum Aceh Didigitalisasikan ini untuk orang orang terdekat anda, Bagikan infonya melalui fasilitas layanan Share Facebook maupun Twitter yang tersedia di situs ini.