sejarah bangsa Jerman

sejarah bangsa Jerman - Selamat datang di blog Sejarah Aceh, Info kali ini adalah tentang sejarah bangsa Jerman !! Semoga tulisan singkat dengan kategori History !! ini bermanfaat bagi anda yang membutuhkan. Dan untuk anda yang baru berkunjung kenal dengan blog sederhana ini, Jangan lupa ikut menyebarluaskan postingan bertema sejarah bangsa Jerman ini ke social media anda, Semoga rezeki berlimpah ikut di permudahkan sang khalik yang maha kuasa, Selengkapnya lansung lihat infonya dibawah -->




          A.    Sejarah Terbentuknya Negara Jerman
Seperti sedikit yang telah dijelaskan di latar belakang bahwa bangsa Jerman terbentuk karena merupakan penamaan umum dalam bangsa Jerman bahasa dan kebudayaan menjadi banyak kemiripan, tetapi keasamaan tersebut bukan dalam arti negara sebagai kesatuan politik.
Dalam satuan politik Jerman sebelum terbentuknya unit politik bangsa Jerman merdeka yang pertama setelah runtuhnya Kekaisaran Romawi Suci (Agustus 1806). Diadakan Konfederasi Jerman dimotori oleh Kekaisaran Austria dan Kerajaan Prusia. Mendahului Konfederasi Jerman adalah Konfederasi Rhein (1806-1815), sebagai bagian dari Kerajaan Prancis, yang dibentuk oleh Napoleon. Jumlah negara anggota Konfederasi Rhein ini tidak sebanyak ketika masa Kekaisaran Roma Suci dan tidak mencakup semua wilayah Kekaisaran Romawi Suci sebelumnya. Setelah kegagalan invasi Napoleon ke Rusia pada tahun 1813, Konfederasi Rhein pun runtuh.
Setelah diadakannya Kongres Wina (1815), dibentuklah suatu konfederasi sebagai bagian dari resolusinya. Konfederasi terdiri dari negara-negara bekas wilayah Kekaisaran Romawi Suci, diberi nama Konfederasi Jerman dan dipimpin oleh Kaisar Austria.
Namun demikian, terbukti bahwa kesepakatan ini semu semata, karena Prusia yang kuat secara militer merasa "tidak dianggap" dan mulai merongrong kekuasaan Austria. Pada tahun 1848 sempat terjadi Revolusi Jerman, namun berhasil diredam. Revolusi ini menginginkan kesetaraan kekuasaan pada berbagai unsur konfederasi. Walaupun gagal, gaung revolusi ini terus berlanjut, dan menyebabkan runtuhnya konfederasi ini pada tanggal 14 Juni 1866, dengan diumumkannya perintah perang oleh Prusia melawan Austria. Perang ini berlangsung singkat, dan Austria terpaksa menandatangani perjanjian damai di Praha pada tanggal 23 Agustus 1866. dan bangsa Jerman terbagi menjadi dua wilayah: Konfederasi Jerman Utara yang dimotori Kerajaan Prusia dan Kekaisaran Austria. Selanjutnya, Kekaisaran Austria berkoalisi dengan Hungaria, membentuk Kekaisaran Austria-Hungaria.[1]
Pada tanggal 18 Januari 1871, Jerman memproklamirkan penyatuannya. Ketika Perdana Menteri Kerajaan Prusia, Otto von Bismarck berhasil menyatukan beberapa negara Jerman menjadi satu negara, dan mendirikan Kekaisaran Jerman. Seluruh Jerman, kecuali Austria, berhasil disatukan. Otto von Bismarck menjadi kanselir Jerman sesudah penyatuan ini.
Secara teori Jerman Raya pada tahun 1871 adalah negara demokrasi dengan kaisar sebagai kepala negara. Tetapi sudah sejak semula dapat diamati bahwa pengertian dan praktek yang dianut oleh Bismark jauh berbeda dengan demokrasi yang dianut dan dipraktekan oleh Perancis atau Inggris pada konstitusi tahun 1871, sistem pemerintahan dan alat perlengkapan negara Jerman merupakan sistem gado-gado pemerintahan yang absolut dan demokrasi dalam sturktur yang berbelit-belit. Selama masa 1871-1914 Jerman Raya mengalami masa kejayaan, telah membawa kebesaran politik Jerman dan sering dimitoskan sebagai zaman emas Jerman Raya sering dijadikan tolak banding dalam jalannya sejarah Jerman.[2]
Masa Perang Dunia I
Asal usul Perang Dunia I merupakan tragedi politik Eropa yang juga melibatkan hampir seluruh dunia dan serta merta mengakibatkan konsekuensi baru dalam percaturan politik dunia. Perang Dunia I dimulai meletusnya pertama di Austria-Hongaria yakni di Serayewo, akan tetapi mencapai puncak kegetirannya pada pertempuran di front timur, yakni pertempuran yang terjadi antara pihak sekutu dan pihak Jerman, Austria, Hongaria dan Turki.
Di front barat terjadi pertempuran sengit antara Prancis dan Jerman Raya (di daerah Verdun) yang didalangi oleh dendam yang mendalam dari rakyat dan negara Prancis atas rentetan penghinaan dan kekalahan Prancis dari Jerman dalam perang 1870-1871. Awal dan akhir Perang Dunia I dan segala kekalutan yang ditimbulaknya merupakan retentan permusuhan antipati antara Prancis dan Jerman, yang keudian juga melatar belakangi terjadinya Perang Dunia II.
Meletusnya perang dunia I diawali dari peristiwa lokal, dengan kepala yang panas, dengan semangat yang sombong dari berbagai negara-negara di Eropa. Di darat Jerman beruntung mempunyai tentara yang besar dan cadangan yang pemuda-pemuda yang dibanggakan. Austria-Hongaria mempunyai tentara yang terdiri dari berbagai kebangsaan (tidak homogen) dan dapat terjadinya perpecahan atau pemberontakan. Perancis tentaranya besar, cadanganya kurang, tetapi mempunyai koloni-koloni dan sekutunya. Sedangkan Rusia mempunyai mempunyai tentara yang lebih besar dari Jerman tetapi tidak begitu efektif dan semua berjalan dengan lamban. Inggris mempunyai tentara kecil, tetapi terlatih dan mempunyai perlengkapan yang baik.[3]
Serangan dilakukan pada dua front oleh Jerman. Pada front barat invasi dilakukan di Belgia dimulai tanggal 4 Agustus 1914. Meskipun tentara Belgia mengadakan perlawanan dengan kuat tetapi pada tanggal 15 Agustus semua benteng pertahanan telah direbut dan pada tanggal 20 Agustus tentara Jerman dibawah pimpinan jenderal Kluck memasuki Brussel dan kemudian menuju ke selatan. Pertempuran pertama di Perancis terjadi pada tanggal 22 Agustus di Charleroi: dengan Inggris yang menyeberangkan tentaranya melalui selat Dover atau Calais terjadi pertempuran di Mons pada tanggal 23 Agustus.
Pada front timur di Moltke Jerman mengalami kesulitan sehingga menarik dua divisi dari front barat. Ternyata Peranci dan Inggris tidak dapat menahan serangan Jerman. Komandan tentara Gabungan memerintahkan pengunduran umum. Tentara Jerman sudah 25 mil dari Paris dan jatuhnya Kota sudah pasti. Pemerintah meninggalkan Kota, pergi ke Bourdeaux. Kemudian memperkuat tentaranya dan dari tanggal 5-12 September terjadi pertempuran dekat sungai Aisne. Tentara Jerman terdesak dan tertahan di sungai Aisne. Pengganti Molke, Jenderal Erich von Falkenhayn mengatakan, bahwa Jerman sudah kalah perang pada pertempuran sungai Marne. Gerakan ke Paris dihentikan dan harapan kemenangan capat buyar.[4]
Perang juga terjadi di laut yang berusaha menghancurkan kapal bermuatan barang-barang kebutuhan sehari-hari maupun perang. Laksamana Graf von Spee terkenal membawa sekelompok kapal perang ke luar perlindungan pelabuhan tiongkok ke laut pasifik dan mengalahkan angkatan laut Inggris di lepas pantai Chili. Pimpinan perang Jerman berpendapat bahwa kemenangan akan berada dipihak Jerman, kalau Inggris dapat ditaklukan dengan menghancurkan suplai makanan dan bahan kebutuhan lain. Tetapi kebuthan Jerman sendiri mengalami krisis. Kemudian Inggris juga melakukan blokade yang pada musim panas 1916 panen kentang gagal dan musim dingin berikutnya dikenal sebagai Steckrubenwinter. Kekurangan bahan bakar dan bahan makanan mengakibatkan penderitaan besar.
Kemudian ofensif Jerman dimulai tanggal 21 Maret 1918 terhadap tentara Inggris, dari sebelah utara Leper (Ypres) dari Belgia hingga Reima. Lalu terjadi pertempuran di dekat sungai Marne dengan melontarkan bom kearah kota tersebut. Tentara sekutu seperti Inggris, Perancis dan Amerika menyerang dengan ganas dengan tank yang jumlahnya sangat banyak, dan memberikan keuntungan bagi penyerangan tersebut. Bagi Jerman kekalahan dikarenakan perbekalan dan alat-alat perang sama sekali tidak lancar. Setelah empat bukan, pada tanggal 18 Juli 1918 Jerman kalah ofensif dan tidak dapat melancarkan serangan lagi.
Setelah Inggris beraksi di Amiens, kemudian tentara gabungannya memaksa Jerman mundur hingga garis pertahanan Hidenburg dan pada tanggal 28 September 1918 pertahanan Jerman hancur. Kekalahan dan revolusi ada di ambang pintu. Lundendorff memerintahkan kanselir Hertling untuk mengadakan pembicaraan mengenai genjatan senjata atas dasar 14 fasal Wilson.[5]
Lundendorff sadar bahwa kekuatan Jerman berada di titik kehancuran, tetapi sekutu-sekutunya juga mulai memperlihatkan kelemahan-kelemahan yang serius. Selain itu pula Lundendorff tahu bahwa rakyat Jerman mulai menderita kekurangan makanan dan hal tersebut digunakan untuk propaganda “menyerah kalah”. Sehingga memutuskan untuk merubah strateginya dan mencoba mengakhiri perang, sebelum bala bantuan Amerika datang.
Setelah bergabungnya Amerika Serikat ke dalam perang dunia I, nampak dengan jelas Jerman tidak mungkin lagi memenangkan perang. Hal ini terutama disebabkan kekalahan serdadu di front barat, akan tetapi lebih jauh lagi karena menyerahnya kekaisaran Austria-Hongaria dengan tanpa syarat kepada sekutu. Selain itu pemerintahan kaisaran Wilhem II di Jerman tidak begitu kuat lagi. Kemunduran politik dan kekuatan Jerman semakin terasa terutama disebabkan semakin populernya bentuk negara yang berasaskan demokrasi dan bentuk republik di kalangan publik Jerman. Dalam waktu yang sama presiden Amerika Serikat menyodorkan syarat-syarat perundingan pengakhiran perang pada tanggal 8 Januari 1918 dikenal dengan empat belas fasal (point). Fasal yang terpenting antara lain menyatakan bahwa perjanjian-perjanjian perdamaian harus terbuka pula dan penghapusan diplomasi terakhir. Dalam pemikiran Wilson harus menjamin bersama-sama kebebasan politik dan integrasi negara-negara besar maupun kecil. Selain itu pihak sekutu hanya mau perindingan perang, apabila perundingan Jerman terdiri dari wakil pemerintah yang berasaskan demokrasi.
Republik Weimar 1919.[6]
Kehendak Kaisar Wilhelm II untuk mengakhiri perang dengan cara klasik, yakni dengan perundingan perdamaian tanpa kehilangan muka. Dari hal tersebut karena kekalahan tragis yang disebabkan dideritanya pasukan di front barat’, ditambah lagi peletakan jabatan pimpinan pasukan Jerman, Lundendorff yang tidak lagi yakin kemenangannya dari pihak Jerman. Selain itu keadaan Ekonomi Jerman tidak mampu lagi membiayai perang. Karena pada dasarnya Jerman sendiri tidak mempunyai kesiapan perang dalam jangka waktu yang panjang. Mereka memasuki perang pada dasarnya hanya didorong pada rasa dendam, kesombongan nasional, serta rasa solidaritas pada Kekaisaran Austria-Hongaria. Pada mulanya mereka yakin akan dapat mengakhiri perang dalam jangka waktu yang singkat sebagaimana Bismarck mengakhiri perang dengan Perancis pada tahun 1871.
Pada tanggal 30 September 1918 dicapailah peletakan senjata di Bulgaria, yang diikuti dengan kehancuran Turki. Pangeran Karl dari Austria menyetujui tawaran perdamaian dalam satu nota kepada Wilson pada 14 September 1918 dan diikuti peletakan senjata 27 Oktober 1918.
Pada tanggal 11 November 1918 berakhirlah masa peperangan di hampir seluruh front di Eropa yang disusul dengan pengakhiran kekaisaran Jerman Raya. Jerman memasuki era baru yaitu Era Republik. Dalam waktu itu juga para pendukung republik membentuk suatu Badan Perancang Konstitusi yang berpusat di Weimar. Badan ini berhasil merancang satu konstitusi baru yang dikenal dengan nama “Konstitusi Weimar” dan disusul kemudian dengan lahirnya republik baru yang menyandang nama Weimar – Republik Weimar.
Kanslir Pangeran Max von Baden sebagai caretakerternyata belum mampu mengatasi pemerintahan di Jerman. Ia menyerahkan tampuk pemerintahan peralihan kepada salah seorang yang ,mewakili partai terkuat di Jerman, yakni Friedrich Ebert dari Partai Sosial Demokrat (partai SPD). Ia menjabat  sebagai Kanselir peralihan hingga terlaksananya pemilihan umum.
Pada hari-hari terakhir perang ketika masa peralihan, ternyata di beberapa penjuru tempat di Jerman timbul huru-hara dan kekacauan yang digambarkan sebagai satu “revolusi”. Huru-hara terjadi diantara kelompok dalam usaha menuding siapa yang salah. Kemudian gerakan ini diikuti dengan pemberontakan kecil-kecilan di pusat-pusat industri, dengan percobaan pengambilalihan kekuasaan oleh kaum ekstrem kiri “Kaum Spartakus”. Dalam waktu singkat api revolusi dan khaos dapat segera diatasi oleh bantuan angkatan perang yang tegas memihak pemerintah dan bersama-sama menumpas kaum kiri dan oportunis lainnya. Ternyata juga lapisan terbesar masyarakat kurang senang berovolusi dan masih tetap memimpikan kaisar dan pemerintahan yang otokratis. Mereka menghendaki ketertiban, ketentraman dan kebesaran. Singkatnya juga, pada akhir perang dunia I pada umumnya lapisan masyarakat Jerman, dalam hatinya masih menghendaki bentuk kekaisaran (Reich) dan kaisar. Tetapi sebagian besar mereka tidak mau mengakui terang-terangan. Juga dilapisan militer pada umumnya para pewira dan para veteran selalu membanggakan akan tradisi kebesaaran dari zaman kekaisaran dan masih kurang yakin dengan republik dengan hati yang setengah-setengah.
Dalam masa transisi yang kalut ini Friedrich Ebert dengan temannya separtai tiga orang non partai telah beerja keras demi eksistensi republik yang telah mereka rindukan dan perjuangkan sejak lama. Disamping kekalutan intern Jerman, revolusi Bolsyewik (revolusi komusi di Rusia) secara tidak langsung menimbulkan ekses dan mempengaruhi para pengikut komunis di Jerman. Mereka merongrong dan menyabot Republik Weimar yang masih muda.
Pada periode 1929-1933, Jerman dan dunia mengalami kesulitan ekonomi dengan inflasi yang tinggi serta pengaruh ketegangan dunia yang kuat terutama dalam perdagangan dan penanaman modal antara negara. Bersamaan dengan itu bangsa Jerman pada masa yang kurang beruntung. Keadaan yang miskin, tidak adanya kestabilan ekonomi dan politik merupakan bahan yang empuk bagi pihak reaksioner kiri dan kanan melemparkan ketidakbecusan terhadap demokrasi Weimar. Mereka melemparkan tuduhan, bahwa sebab-sebab seluruh malapetaka itu terletak dalam sistem demokrasinya yang tidak berwibawa para pemimpin politik, ditambah dengan adanya “penghipan darah” Jerman oleh pihak Perancis. Mereka menuduh lebih lanjut bahwa tindakan seperti perlakuan Perancis-Inggris sehabis perang terhadap Jerman adalah sekaligus membunuh serta membinasakan hari depan Jerman. Dengan menggunakan masmedia yang diracuni agitasi buruk dan pembohongan yang berencana dan berbahaya, para pihak reaksioner berhasil mendapat pihak penyokong dan pengikut yang pada mulanya terdiri dari kaum lapisan rakyat miskin dan golongan rendahan, kemudian meluas kegolongan yang meluas ke golongan menengah dan kaum industriawan. Hal terakhir ini mereka capai berkat kesulitan ekonomi serta lemahnya daya beli masyarakat yang mengakibatkan banyak pabrik tidak dapat berjalan dengan lancar.
Usaha agitasi dan propaganda anti demokrasi ini lebih cepat berhasil, karena belum berakarnya kehidupan berdemokrasi dikalangan masyarakat luas, serta belum matangnya para pelaksana (aparatur negara) mempraktekan sistem demokrasi.
Dalam masa-masa kritis inilah Adolf Hitler serta para pembantunya bangkit dan berusaha dengan sekuat tenaga menterpedo Demokrasi Weimar. Lewat metode teror mereka mengorganisasikan masyarakat dengan tipu muslihat dan propaganda palsu untuk digiring kearah tujuan politik serta partainya yang nasional-sosialistis atau partai NSDAP (Nationalsozialistishche Deutshce Arbeiterpartei – Partai Buruh Nasionalis Sosialis Jerman) atau disingkat partai Nazi.
Masa Perang Dunia II[7]
Perang Dunia II berkobar tanggal 1 September 1939, yang ditandai Jerman menyerang Polandia. Mulailah sebuah sejarah perang yang bagi banyak orang masih dikenang dan diteladani sampai saat ini.
Latar belakang Perang Dunia II dapat dianalisis dari suatu keadaan yang timbul akibat perang dunia I. oleh sebab itu, biasanya meliputi berbagai aspek sosial, politik, ekonomi ataupun militer atau pertahanan. Setelah perang Dunia I usai banyak perjanjian yang dibuat untuk mengatur atau membagi milik negara-negara yang kalah perang. Perjanjian-perjanjian itu sekaligus membatasi ruang gerak negara yang terikat didalamnya, yaitu Jerman. Perjanjian Versailes yang disepakati antara Jerman dan Sekutu, benar-benar telah membuat orang Jerman sulit menerimanya. Betapa tidak, didalam perjanjian itu tampak jelas bahwa sekutu (Perancis) tidak menginginkan bangkit sebagai negara maju yang layak di Eropa.
Sudah tentu situasi ini memaksa rakyat dan pemerintah Jerman berpikir dua kali untuk menerima secara mutlak Perjanjian Versailes selama-lamanya. Adapun isi Perjanjian Versailes, antara lain:
·         Jerman harus membayar ganti rugi perang (Jerman harus membiayai pasukan tentara pendudukan, pembayaran perampasan perang, serta pembongkaran atau pemindahan pusat industri baja Jerman oleh pihak sekutu) semua dijumlah + sebanyak132 M Mark emas pada waktu itu.
·         Pengambilan daerah Jerman 13%  (3,6% di barat dan 9,4 % di Timur) dan penduduk Jerman 10% (3,2% di barat dan 6,8% di Timur).
·         Daerah Jerman sebelah kiri sungai Rhein ditempatkan di bawah pengawasan Tentara pendudukan Sekutu dalam 3 Zone (Inggris, Perancis dan Amerika Serikat).
·         Jerman kehilangan daerah koloni di Afrika dan ditempatkan di bawah pengawasan Liga Bangsa-Bangsa.
·         Jerman tidak boleh memiliki daerah jajahan atau koloni.
·         Kapal-kapal perang Jerman harus diserahkan kepada Inggris.
·         Jerman harus menyerahkan Elzas dan Lotaringen kepada Perancis.
·         Angkatan perang Jerman diperkecil tidak boleh melebihidari 100.000 pasukan.
Dalam kondisi Jerman seperti itu, tampilah Adolf Hitler dengan idenya bermaksud mengembalikan negara dalam percaturan politik dan kekuatan internasional. Ia berusaha membangkitkan semangat orang Jerman agar jangan menjadi putus asa setelah perang. Kesempatan Jerman masih ada, asal semua potensi nasional dikerahkan untuk kepentingan negara sebagai salah satu upaya yang harus ditempuh Jerman untuk dapat bangkit kembali sebagai negara yang layak dan mampu mencapai cita-citanya. Yaitu melepaskan diri dari segala bentuk dominasi asing dan tekanan Sekutu.
Pembangunan kekuatan Jerman telah hampir rampung sekitar tahun1930-an. Wehrmacht secara bertahap sudah mencapai kedudukan yang sama dengan Inggris, Rusia dan Amerika. Hitler mulai mengadakan rencana penyeranagan di Eropa. Rencana itu diadakan oleh Hitler dengan seluruh staffnya tanggal 5 November 1937. Juga telah diadakan pakta Jerman dengan Rusia, dan Pakta Jerman dengan Italia. Kedudukan Jerman itu semakin kokoh ketika ditandatangani Pakta Jerman Italia, dan Jepang, yang kemudian disebut poros Berlin Roma-Tokyo.
Seluruh potensi nasional Jerman dikerahkan untuk persiapan perang. Para Ilmuwan juga dikerahkan untuk mengadakan penelitian dalam rangka mempersiapkan perang. Dalam rencana penyerangan di Eropa, Hitler juga menerapkan strategi perang kilat atau blitzkrieg. Menurutnya, jika mampu menggerakan secara cepat dalam bentuk operasi gabungan, maka bisa dipastikan Jerman akan dapat menguasai seluruh Eropa. Oleh karena itu, ditentukan serangan pertama ke Polandia. Bila berhasil, maka serangan berikutnya akan menerobos Belanda, Belgia, dan Perancis bila mujur bisa terus ke Inggris bahkan terus ke Rusia.
Ketika Norwegia masih terus diserang Jerman. Hitler mempersiapkan suatu penyerangan yang lebih besar ke Perancis. Untuk maksud ini, Jerman mempersiapkan seratus empat divisi infanteri, delapan divisi bermotor, dan sepuluh divisi berlapis baja yang seluruhnya kurang lebih mencapai 2,5 juta pasukan. Posisi pasukan diatur sebagai berikut:
·         Di utara menghadapi Belanda, Jenderal Feodor Von Bock siap sedia dengan dua divisi tentara.
·         Di tengah sepanjang perbatasan Belgia-Luxemburg, Jenderal Gerd Von Rundestedt memimpin enam tentara, sebagian besar berada dibawahnya, terutama satuan lapis baja. Tentara Von rundsedt inilah yang menjadi inti pasukan Jerman untuk menaklukan Perancis.
·         Di selatan sepanjang perbatasan Jerman-Perancis, di depan maginot Lini, Jenderal Von Leeb siap sedia dengan dua tentara. Seluruh operasi ini dibawah Marshall Walter Von Braushitsch yang memimpin operasi di Polamdia.
Akhir Peramg Dunia II[8]
Fase kekalahan Hitler mulai terlihat pada musim gugur tahun 1942 dipandang sebagai waktu yang menentukan dalam peperangan. Pada tanggal 23 Oktobber 1942 tentara Jenderal Montgomery bertempur dengan Afrikakorps Jenderal Rommel dan menghancurkannya di El Alamien. Rommel terdesak ke Tunis dan dipanggil kembali ke Jerman. Sebuah tentara gabungan Inggris-Amerika pada tanggal 9 November 1942 mendarat di Afrika Utara. Tentara Jerman- Italia di daerah ini terjepit dan dihancurkan di Tunis pada tanggal 8-12 Mei 1943 pada bulan Mei 1943 serdadu-serdadu yang Axis terakhir meninggalkan daerah Afrika.
Pada akhir musim panas 1942 terjadi pertempuran di Stalingrad Rusia antara Jerman dan Rusia. Tentara Rusia mengadakan ofensif dan terjadilah pertempuran terbesar dalam peperangan ini. Mereka berhasil mengurung tentara Jerman di bawah Jenderal Friedrich von Paulus. Hitler memerintahkan Paulus agar tidak menyerah bagaimanapun juga. Perintah yang berat itu tidak dapat dilaksanakan sebab pada tanggal 31 Januari 1943 Paulus tak dapat bertahan dan menyerah pada Jenderal Zhukov. Sisa tentara sebesar 90.000 orang menjadi tawanan perang. Berita mengenai kekalahan dan penyerahan Paulus menjadi tamparan yang besar bagi Jerman. Seluruh negara berduka cita. Dalam sisa waktu peperangan, tentara Jerman defensif, di Uni Soviet maupun di Barat.
Pada minggu pertama bulan Januari 1945 Rusia melancarkan serangan akhir sebagai tujuan mereka melalui Polandia dan memaksa Jerman meninggalkan garis pertahanan Vistula. Pada bulan Februari tentara Rusia sampai sungai order yang hanya 30 mil dari Berlin.
Sementara itu tentara sekutu berhasil menerobos Siegfriedlinedan menuju sungai Rhein di belakang tentara Jerman sebelum mereka menghancurkan Jembatan tersebut. Jalan terbuka ke Berlin bagi tentara Sekutu di bawah Einsenhower. Para Nazi siap untuk menyerahkan Berlin kepadanya untuk menghindari tentara Rusia memasuk ke Berlin. Tetapi dalam perjanjian rahasia di Yalta pada tanggal 7 Februari 1945, Roosevelt setuju dengan Stalin bahwa Rusia menduduki Berlin dan membagi kekuasaan dengan Sekutu. Tentara Amerika memegang teguh perjanjian tersebut. Pada tanggal 25 April 1945 kesatuan-kesatuan terdepan dari tentara Amerika dan Rusia bertemu di Torgau di tepi sungai Elbe. Jerman telah terbagi dua, inilah akhir kekuasaan Jerman.
Pada tanggal 20 April 1945 tentara Rusia mengepung Berlin. Pertempuran berlangsung di Berlin dengan hebat. Tentara Rusia terus menerus menggempur dengan serangan mortir dan bom, kemudian memasuki kota pada tanggal 2 Mei 1945. Hitler telah kehilangan segala harapan. Pada tanggal 30 April 1945, sebelum tentara Rusia memasuki Berlin, Hitler dan Eva Braun istrinya yang baru dinikahinya, mencari perlindungan ditempat diperkuat (bunker) di bawah gedung Kanselarei dan bunuh diri. Peristiwa tersebut menyebar melalui radio. Kemudian pengganti Hitler sebagai kepala negara adalah Laksamana Doenitz. Pada tanggal 4 Mei 1945 tentara Jerman menyerah kepada sekutu tanpa syarat. Penyerahan tentara Jerman yang berada di Holland dan Denmark dilakukan oleh Jenderal Laksamana von Friedburg kepada Maerskal Montgomery di markas besar di Luneburger Heide. Pada tanggal 7 Mei 1945 diadakan kapitulasi seluruh angkatan perang Jerman, seluruh Jenderal angkatan perang menyerah tanpa syarat di Reims. Penyerahan Berlin di berikan kepada Marskal Zhukov di markas besar Karlshorst dekat Berlin.
Berakhir perang pada tanggal 8 Mei 1945 yang diumumkan kepada rakyat Amerika oleh Presiden Truman, kepada rakyat Inggris oleh perdana menteri Churchill. Sedangkan Rusia mengumumkan pada tanggal 9 Mei 1945 oleh Marskal Stalin.
Pada tanggal 5 Juni 1945 didirikan suatu komite pengawas dari sekutu, terdiri dari Jenderal Eisenhower, Fieldmarshal Montgomery dan Marsekal Zhukov, yang berkuasa di seluruh Jerman. Wilayah Jerman terbagi atas empat daerah pendudukan, masing-masing dibawah militer Amerika Serikat, Inggris, Perancis dan Uni soviet. Sedangkan Berlin di bagi atas empat sektor, juga masing-masing di bawah administrasi militer Amerika Serikat, Inggris, Perancis dan Uni soviet.
B.     Penyatuan Negara Jerman Pasca Perang Dunia II
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/c/c8/Karte_berliner_mauer_en.jpg/450px-Karte_berliner_mauer_en.jpgSelepas habisnya Perang Dunia II di Eropa, Negara Jerman telah dibagi-bagi menjadi empat zona pendudukan. Ibu kota lama Berlin, sebagai pusat Dewan Kontrol Tentara Sekutu sendiri dibagi menjadi empat zona. Meskipun niat kuasa pendudukan adalah untuk mengawal Jerman bersama-sama dari tahun 1947, kedatangan Perang Dingin menyebabkan Perancis, Inggris dan Amerika Serikat menggabungkan zona-zona mereka ke dalam Republik Federal Jerman (dan Berlin Barat) pada 1949, tidak termasuk zona Uni Soviet yang kemudian menjadi Republik Demokratik Jerman (termasuk Berlin Timur) pada tahun yang sama. Selain itu, sejajar dengan syarat-syarat Konferensi Yalta pada Februari 1945, wilayah-wilayah timur Pomerania dan Silesia, serta separuh daripada selatan Prusia Timur, diberikan kepada Polandia dan separuh daripada utara Prusia Timur (kini dikenal sebagai Kaliningrad Oblast) diberikan kepada Uni Soviet.
Jerman Barat dan Jerman Timur kedua-duanya mengklaim sebagai pengganti sah bagi penduduk Kerajaan Jerman yang Lama (Deutsches Reich atau Jerman Raya). Bagaimanapun juga, Jerman Timur mengubah pendapatnya selepas itu, dan menyatakan bahwa Negara Jerman telah berhenti ada pada tahun 1945 dan bahwa kedua-dua Jerman Barat dan Jerman Timur adalah negara baru.
Rencana pertama untuk menyatukan bagi-bagian wilayah Jerman diajukan oleh Josef Stalin pada 1952 di bawah syarat-syarat sebagaimana yang kemudian diambil untuk Austria (lihat Perjanjian Negeri Austria). Ia memerlukan penciptaan satu Negara Jerman yang netral dengan sebuah perbatasan timur yang disebut sebagai Perbatasan Oder-Neisse dan semua pasukan bersekutu dipindahkan pada tahun yang sama. Pemerintahan Jerman Barat di bawah Kanselir Konrad Adenauer lebih menyukai integrasi lebih dekat dengan Eropa Barat dan meminta Penyatuan kembali dirundingkan dengan syarat pemilihan umum seluruh Jerman dan dipantau Dunia Internasional. Syarat ini ditolak oleh Uni Soviet. Satu lagi rencana Stalin ialah melibatkan Penyatuan kembali Negara Jerman dengan mengikuti perbatasan sesuai tanggal 31 Desember 1937 di bawah syarat bahwa Negara Jerman bergabung dengan Pakta Warsawa (Blok Timur).[9]
Pendudukan Jerman pada 1945
Mulai 1949 dan seterusnya, Republik Federal Jerman dibangun menjadi suatu negara barat kapitalis dengan sebuah "ekonomi pasar sosial" dan pemerintahan demokratis berparlemen. Pertumbuhan ekonomi berpanjangan bermula dalam 1950 dan menghasilkan satu "keajaiban ekonomi" 30-tahun (Wirtschaftswunder). Manakala di Republik Demokratis Jerman menubuhkan suatu pemerintahan otoriter dengan suatu gaya meniru ekonomi Uni Soviet. Walaupun Jerman Timur menjadi terkaya dan negara paling maju di Blok Timur, banyak dari warganya yang masih melihat ke Barat untuk kebebasan politik dan kemakmuran ekonomi. Pelarian orang Jerman Timur ke negara non-komunis melalui Berlin Barat menyebabkan Jerman Timur menegakkan satu sistem penjagaan perbatasan ketat (yang mana Tembok Berlin adalah bagian darinya) pada 1961 untuk mencegah pelarian massal ini.
Pada akhir Perang Dunia II pada tahun 1945, kota Berlin benar-benar dikelilingi oleh wilayah yang diduduki oleh pasukan Soviet. Wilayah ini resmi menjadi negara Jerman Timur pada tahun 1949. Kota Berlin sendiri dibagi menjadi Berlin Timur dan Berlin Barat. Berlin Barat diduduki oleh Inggris, Perancis, dan Amerika Serikat kekuatan dan didukung oleh Republik Federal Jerman, yang dikenal sebagai Jerman Barat. Antara 1949 ketika Jerman Timur didirikan dan pertengahan 1961, setidaknya 2.700.000 orang Jerman Timur melarikan diri, lebih dari setengah dari mereka melalui Berlin Barat. Dibandingkan dengan negara-negara lain di Eropa Timur, Jerman Timur adalah negara komunis paling produktif antara 1949 dan 1961. Namun, Jerman Timur memiliki akses terbatas pada media Jerman Barat dan sadar bahwa standar hidup mereka secara substansial lebih rendah dari rekan-rekan mereka di Jerman Barat. Banyak orang di Jerman Timur meninggalkan GDR berharap menemukan peluang ekonomi yang lebih baik di Barat.
Pemerintahan Jerman Barat dan sekutu NATO-nya pada mulanya tidak mengakui Republik Demokratis Jerman (Jerman Timur) atau Republik Rakyat Polandia, mengikut Doktrin Hallstein. Hubungan antara Jerman Timur dan Jerman Barat senantiasa dingin sehingga Kanselir Barat Willy Brandt melancarkan pemulihan hubungan baik yang kontroversial dengan Jerman Timur (Ostpolitik) pada tahun 1970-an.
Runtuhnya Tembok Berlin
Tembok Berlin dibangun oleh Republik Demokratik Jerman (Jerman Timur). Mulai dibina pada tanggal 13 Agustus 1961, tembok ini menjadi tirai besi dan menjadi garisan pemisah yang sepadan antara Jerman Barat dan Jerman Timur yang berada di Berlin. Tembok Berlin dibina oleh Jerman Timur yang dipimpin oleh Walter Ulbricht yang disetujui oleh pemimpin Rusia yaitu Nikita Khrushchev. Pembangunan pagar dimulai tahun 1961. Pagar berduri diperbaiki (1962-1965). Kemudian dibangun Tembok batu (1965-1975). Grenzmauer 75 (Border Wall 75) (1975-1989) . Tembok ini setinggi 3.6 meter dan 1.2 meter lebar. Tembok ini hampir menyamai fungsi Tembok Besar di China. Total pembangunan bekisar 16,155,000 mark Jerman Timur. Ada 116 menara pemantau, senjata-senjata otomatis bersensor dan 20 bunkers.
Sejak 1948 Jerman Barat dibangunkan kedalam negara negara kapitalis Barat yang berasaskan ekonomi pasaran bebas.Kerajaan demokrasi berparlimen dibentuk. Pertumbuhan ekonomi sejak 1950-an menunjukkan peningkatan yang mendadak berbanding dengan Jerman Timur yang mengamalkan sistem komunis, kerajaan autokratik dan berkhiblatkan komunis di Soviet Rusia. Ketika Jerman Barat semakin kaya hingga melebihi kebanyakan negara Eropa yang lain. Sedangkan warga Jerman Timur masih memperjuangkan kebebasan berpolitik dan pertumbuhan ekonomi.
Tembok ini dibangun sepanjang 45 km dijalankan pada hari ahad, 13 Agustus 1961 di sebelah bandar Berlin Timur. Pagi itu, pasukan tentera Jerman Timur dan pekerja awam mula mendirikan. Tetapi pada mulanya tidak melibatkan pihak Rusia, tetapi pada akhirnya tentara Rusia ikut andil. Tentara NVA dan KDA akan menembak siapa saja yang akan menyeberangi Tembok Berlin itu. Tembok Berlin, tembok benteng yang mengelilingi Berlin Barat, dikelola oleh bekas Republik Demokratik Jerman (GDR), umumnya dikenal sebagai Jerman Timur, sampai tahun 1989. Tembok Berlin adalah simbol yang sangat menonjol dari Perang Dingin, pasca-1945 perjuangan antara Uni Republik Sosialis Soviet (USSR) dan sekutunya, termasuk Jerman Timur, dan Amerika Serikat dan sekutunya.
Tujuan dibangunnya tembok Berlin untuk menghentikan orang-orang yang kabur dari Jerman Timur ke Jerman Barat. Orang-orang yang kabur biasanya tenaga kerja muda yang produktif dan profesional. Sehingga Republik Demokratik Jerman kekurangan tenaga ahli profesioanal yang dapat mengurangi pertumbuhan pembangunan pada negara Jerman Timur, sehingga menimbulkan kesan ekonomi yang lemah pada Jerman Timur. Penghijrahan dari golongan profesional pada tahun 1949 - 1961 setiap hari dinamakan "Grenzgeger". Golongan profesional ini membantu pendirian semula Eropa Barat sebagaimana Plan Marshall.
Selain itu kesejateraan ekonomi bagi masyarakat yang berada di Jerman Barat daripada perekonomian yang berada di Jerman Timur yang masih di sokong oleh Rusia, membuat orang-orang Jerman Timur berpindah ke Jerman Barat. Selain itu kebebasan berpolitik dan demokrasi yang berada di Jerman Barat lebih diinginkan oleh masyrakat yang berada di Jerman Timur. Dari hal tersebut banyak orang melarikan diri ke Jerman Barat sehingga kebanjiran pelarian tersebut dapat disekat oleh Tembok tersebut.
Pada Juni 1962 Jerman Timur hanya membangun pagar sepanjang 81 meter . Tetapi pada 1989 menjadi sepanjang 155 km dengan tembok batu . Dimana-mana rumah di atas Tembok Berlin telah bongkar dan dipindahkan. Banyak yang telah mencoba membuat terowongan agar dapat menyeberang ke Jerman Barat. Tetapi tentera Jerman Timur memasang perangkap tidak terlihat atau ranjau dan bom-bom. Banyak yang terbunuh dan dibunuh ketika mencoba memanjat dan melintasi Tembok Berlin.
Pembinaan tembok ini telah dimanipulasikan oleh Jerman Barat dan blok kapitalis untuk memberikan kesan buruk terhadap Jerman Timur dan sistem komunis. Sebaliknya ia menjadi kunci kekuatan kehidupan sebenar dasar komunis yang selalu tutup dan menutup kelemahan mereka dengan cara kekerasan. Komunis bermakna tirai besi atau hidup dalam tembok batu.
Proses liberisasi lewat 1980-an membawa kepada keruntuhan Kesatuan Rusia hingga membenarkan pendemokrasian Jerman Timur. Demonstrasi demi demonstrasi para pekerja telah dibenarkan di Jerman Timur kerana 1987 kemelesetan ekonomi dunia merosot begitu dalam. Kesatuan Sekerja mengambilalih corak kepimpinan kerajaan Jerman Timur dan mendesak Tembok Berlin diruntuhkan agar mereka mudah bekerja di Jerman Barat yang menyediakan lebih peluang pekerjaan.[10]
Pada tanggal 6–7 Oktober 1989, Gorbachev melawat Jerman Timur untuk memperingati hari ulang tahun Jerman Timur yang ke-40 dan mendorong para pemimpin Jerman Timur untuk menerima perubahan. Berhadapan dengan huru-hara, pemimpin Jerman Timur Erich Honecker telah dipaksa untuk meletakkan jabatan pada 18 Oktober 1989 oleh anggota Politburonya sendiri dan digantikan oleh Egon Krenz. Hal ini diikuti dengan pengunduran diri besar-besaran anggota kabinet Jerman Timur yang akhirnya jatuh pada tanggal 7 November. Lalu Gunther Schwabowski sebagai juru bicara pemerintahan Jerman Timur pada tanggal 9 November malam mengumumkan di televisi bahwa semua restriksi perjalanan ke Jerman Barat dihilangkan. Semula warga Jerman Timur kurang mengerti maksud pernyataannya. Setelah itu jutaan warga Jerman Timur berbondong-bondong pergi ke pos-pos perbatasan yang kemudian dibuka oleh para penjaga perbatasan. Setelah itu banyak warga Jerman baik Barat dan Timur memberanikan diri merusak Tembok Berlin. Peristiwa ini menjadi salah satu peristiwa berita mengesankan pada abad ke-20.
Pada waktu menteri Jerman Barat Genscher di Praha berpidato akan membawa sebagian masyarakat yang berada di kedutaan Jerman Barat di Praha dengan menggunakan kereta. Kemudian pada akhir 1989 mulai terjadi demonstran besar-besaran. Kemudian kompleksnya masyarkat, demonstran, polisi, dan politisi untuk membicarakan tentang bersatunya Jerman kembali tanpa ada kekerasan. Pada tanggal 9 November 1981 terjadi perlawanan demonstran dengan pihak militer kemudian pada pukul 10:30 malam massa yang begitu besar dapat melewati petugas perbatasan Jerman Timur dan membuka gerbang Jerman Timur. Pada akhirnya Tembok Berlin di buka pada tanggal 9 November 1989.[11]
Tembok ini runtuh dalam beberapa minggu saja, sedangkan pembinaannya mengambil masa beberapa tahun dan menelan kos yang tinggi. Akhirnya 3 Oktober 1990 penggabungan Jerman Barat dan Jerman Timur. Pertama kalinya sejarah Jerman revolusi damai merubah dunia dan runtuhnya Tembok Berlin merupakan simbol terbesar usainya perang dingin.
Negara Jerman secara resmi dipersatukan kembali pada tanggal 3 Oktober 1990 ketika enam negara bagian Jerman Timur (Bundesländer); Brandenburg, Mecklenburg-Vorpommern, Sachsen, Sachsen-Anhalt, Thüringen, dan Berlin bersatu secara resmi bergabung dengan Republik Federal Jerman (Jerman Barat), memilih salah satu dari dua opsi yang diterapkan dalam Konstitusi Jerman Barat (Grundgesetz). Maka dengan masuknya secara resmi lima negara bagian Jerman yang kembali didirikan ke Jerman Barat sesuai Pasal 23, lalu wilayah di mana Grundgesetz (Undang-Undang Dasar) berlaku diperluas untuk memuat mereka. Alternatifnya ialah bahwa Jerman Timur bergabung secara keseluruhan dalam rangka persatuan resmi antara dua negara Jerman, yang lalu antara lain harus membuat Konstitusi baru bagi negara yang baru saja didirikan. Meski opsi yang dipilih lebih sederhana, hal ini telah menjadi alasan adanya sentimen-sentimen tertentu di Timur bahwa mereka telah "diduduki" atau "dianeksasi" oleh Republik Federal Jerman yang lama (Jerman Barat).
Untuk memudahkan proses ini dan untuk meyakinkan negara-negara lain, Jerman Barat membuat beberapa perubahan kepada "Undang-undang Dasar". Pasal 146 diubah sehingga Pasal 23 dari konstitusi yang berlaku bisa dipakai untuk Penyatuan kembali. Lalu, jika lima "negara bagian yang telah didirikan ulang" di Jerman Timur sudah bergabung, maka Undang-Undang Dasar bisa diubah lagi untuk menyatakan bahwa tidak ada daerah Jerman lainnya yang ada di luar wilayah negara kesatuan yang belum bergabung. Namun konstitusi ini bisa diubah lagi di masa depan dan hal ini masih memungkinkan diambilnya sebuah konstitusi lain di masa depan oleh bangsa Jerman.[12]
Pada tanggal 14 November 1990 pemerintah Jerman menanda tangani sebuah perjanjian dengan Polandia yang menyangkut perbatasan mereka yang dikenal sebagai Perbatasan Oder-Neisse, dan demikian, melepaskan tuntutan mereka untuk Silesia, Pomerania, Danzig (Gdańsk), dan Prusia Timur. Bulan berikut, pemilihan umum bebas pertama bagi seluruh rakyat Jerman semenjak tahun 1932, diadakan. Hasil pemilu ialah mayoritas yang bertambah besar bagi pemerintahan koalisi Helmut Kohl.


[1] Konfederasi Jerman, 25 Oktober 2011, diakses http://id.wikipedia.org/wiki/Konfederasi_Jerman
[2] Marbun, Benedictus Nahot. Demokrasi Jerman Tantangan dan Masalahnya, Sinar Harapan, Jakarta, Cetakan pertama 1983. Hal 28
[3] Ibid, hal 30
[4] Poesponegoro, Marwati Djoened. Sejarah Sinngkat Jerman UI-Press: Jakarta, Cetakan pertama. Hal 81
[5] Ibid, Hal 87
[6] Marbun, Benedictus Nahot. Demokrasi Jerman Tantangan dan Masalahnya, Sinar Harapan, Jakarta, Cetakan pertama 1983. Hal 31
[7] Wibowo, Boogie. Erwin Rommel “The Desert Fox”, Narasi: Yogyakart, cetakan pertama 2008. Hal 3
[8] Poesponegoro, Marwati Djoened. Sejarah Sinngkat Jerman UI-Press: Jakarta, Cetakan pertama. Hal 130
[9] Penyatuan kembali Jerman, 14 November 2011, diakses http://id.wikipedia.org/wiki/Penyatuan_kembali_Jerman
[10] Tembok Berlin, 25 Oktober 2011, diakses http://ms.wikipedia.org/wiki/Tembok_Berlin
[11] Krause, Robert dan Andreas Gutzit. Berlin Wall, Discovery Channel, @2007 Discovery Communications.
[12] Penyatuan kembali Jerman, 14 November 2011, diakses http://id.wikipedia.org/wiki/Penyatuan_kembali_Jerman


Demikianlah Artikel sejarah bangsa Jerman , Semoga dengan adanya artikel singkat seperti Informasi postingan sejarah bangsa Jerman ini, Anda benar benar sudah menemukan artikel yang sedang anda butuhkan Sekarang. Jangan lupa untuk menyebarluaskan informasi sejarah bangsa Jerman ini untuk orang orang terdekat anda, Bagikan infonya melalui fasilitas layanan Share Facebook maupun Twitter yang tersedia di situs ini.