Teuku Cut Ali, Panglima Sagoe dari Trumon
Teuku Cut Ali, Panglima Sagoe dari Trumon - Selamat datang di blog Sejarah Aceh, Info kali ini adalah tentang Teuku Cut Ali, Panglima Sagoe dari Trumon !! Semoga tulisan singkat dengan kategori
New Posting !!
Sosok !! ini bermanfaat bagi anda yang membutuhkan. Dan untuk anda yang baru berkunjung kenal dengan blog sederhana ini, Jangan lupa ikut menyebarluaskan postingan bertema Teuku Cut Ali, Panglima Sagoe dari Trumon ini ke social media anda, Semoga rezeki berlimpah ikut di permudahkan sang khalik yang maha kuasa, Selengkapnya lansung lihat infonya dibawah -->
Beliau merupakan salah satu keturunan Raja Trumon. Teuku Cut Ali dilahirkan di Trumon pada tahun 1895. Ayahnya bernama Teuku Cut Hajat dan ibunya bernama Nyak Puetro. Jiwa ksatria sudah terlihat sejak kecil pada sosok Teuku cut Ali. Sikapnya yang tegas, berani, gagah dan juga setia kawan sudah sangat dikenal oleh masyarakat yang ada di kerajaan trumon pada masa itu hingga beliau beranjak dewasa.
Tatkala pada usia 18 tahun, beliau sudah berperang melawan penjajahan belanda. Dengan kecerdasan otaknya itu para penjajah banyak dirugikan sehingga walaupun bisa mendesak kekuatan yang dimiliki oleh Teuku Cut Ali dan kawan – kawannya tapi tidak akan menutupi kerugian yang diderita oleh kaphe belanda itu. Oleh karena keperkasaan dan kecerdikan beliau sehingga pada usia 20 tahun beliau dipercaya untuk menjabat sebagai Panglima Sagoe dan para pejuang aceh lainnya berada dalam pengawasannya pula untuk bersama – sama menggempur musuh. Walaupun usianya masih muda untuk memegang jabatan tinggi itu namun dipilihnya Teuku Cut Ali sebagai Panglima Sagoe, selain memiliki kemampuan dalam memimpin perang, dia juga menguasai ilmu bela diri. Itulah yang membuat para pejuang Aceh saat itu sepakat untuk menunjuk Teuku Cut Ali sebagai Panglima Sagoe.
Dalam berperang melawan Belanda, gerilya adalah taktik dan strategi yang dilakukan Teuku Cut Ali dalam menyerang dan menghadang musuh. Dia dan pejuang lainnya, menyerang Belanda pada malam hari. Setelah menyerang, dan pihak musuh jatuh korban, Cut Ali dan prajuritnya menyingkir ketempat lain, sehingga membuat Belanda kewalahan untuk mencari jejak Cut Ali dan pengikutnya. Ketika perang di Seunebok Keuranji pecah, salah satu desa di Kecamatan Bakongan Kabupaten Aceh Selatan, banyak pasukan Belanda yang menjadi korban. Teuku Cut Ali pun mengalami luka parah akibat terkena peluru pasukan Belanda. Namun, Cut Ali dan pasukannya berhasil menyingkir ke dalam hutan untuk menghindari kejaran Belanda.
Kemenangan demi kemenangan diraih Teuku Cut Ali dan pejuang lainnya sejak tahun 1926. Banyak jatuh korban di pihak Belanda. Kondisi ini, jelas membuat Belanda semakin gerah dan dendam terhadap Cut Ali. Dia, tidak hanya memimpin perang di wilayah Bakongan, tapi sampai ke Wilayah Kluet, Kabupaten Aceh Selatan.
Pada Juni 1926, Teuku Cut Ali dan pejuang aceh lainnya kembali melancarkan serangan terhadap pasukan Belanda, di dekat Gampong Ie Mirah, Kecamatan Pasie Raja. Dalam penghadangan ini, satu marsose Belanda tewas. Namun di pihak pejuang Aceh syahid sembilan orang. Tapi, Cut Ali dan pasukannya, terus gencar melakukan serangan terhadap Belanda.
Tanggal 26 Mei 1927, Teuku Cut Ali bergerilya ke wilayah Terbangan, Kecamatan Pasie Raja, untuk menyusun strategi dan melakukan penyerangan serta penghadangan terhadap pasukan Belanda. Namun, jejaknya diketahui Belanda yang saat itu dipimpin Kapten J. Paris atau dikenal dengan julukan Singa Afrika. Kapten Paris sengaja dikirim khusus oleh Belanda untuk menumpas dan melumpuhkan para pejuang Aceh yang di pimpin Teuku Cut Ali.
Dengan jumlah pasukan yang banyak, Kapten J. Paris menyusun strategi untuk menghadang dan melumpuhkan Teuku Cut Ali dan pejuang lainnya. Maka, terjadilah perang yang sangat dahsyat antara pejuang Aceh dibawah pimpinan Teuku Cut Ali dan Belanda di bawah komando Kapten J. Paris. Korban pun berjatuhan dalam perang yang berat sebelah itu, baik di pihak pejuang aceh maupun Belanda. Dan akhirnya, Teuku Cut Ali syahid di tangan Kapten J. Paris dalam sebuah sergapan licik. Sementara itu salah satu perwira belanda bernama Letnan Monelaar pun ikut gugur dimakan senjata pejuang.
Jasad Teuku Cut Ali akhirnya di bawa ke Desa Suaq Bakong, Kecamatan Kluet Selatan, Kabupaten Aceh Selatan, dan dikuburkan di sana. Dari beberapa sumber diketahui bahwa pada dasarnya Jasad Teuku Cut Ali yang terkubur di pinggir Muara itu tanpa kepala sebab Serdadu Belanda telah memotong kepala Teuku Cut Ali untuk dibawa ke Kuta Raja dan sekarang tengkorak Teuku Cut Ali berada di sebuah Museum di Belanda.
Jasad Teuku Cut Ali akhirnya di bawa ke Desa Suaq Bakong, Kecamatan Kluet Selatan, Kabupaten Aceh Selatan, dan dikuburkan di sana. Dari beberapa sumber diketahui bahwa pada dasarnya Jasad Teuku Cut Ali yang terkubur di pinggir Muara itu tanpa kepala sebab Serdadu Belanda telah memotong kepala Teuku Cut Ali untuk dibawa ke Kuta Raja dan sekarang tengkorak Teuku Cut Ali berada di sebuah Museum di Belanda.
Demikianlah Artikel Teuku Cut Ali, Panglima Sagoe dari Trumon, Semoga dengan adanya artikel singkat seperti Informasi postingan Teuku Cut Ali, Panglima Sagoe dari Trumon ini, Anda benar benar sudah menemukan artikel yang sedang anda butuhkan Sekarang. Jangan lupa untuk menyebarluaskan informasi Teuku Cut Ali, Panglima Sagoe dari Trumon ini untuk orang orang terdekat anda, Bagikan infonya melalui fasilitas layanan Share Facebook maupun Twitter yang tersedia di situs ini.