Cornelis de Houtman Penjelajah Belanda yang tewas di Aceh

Cornelis de Houtman Penjelajah Belanda yang tewas di Aceh - Selamat datang di blog Sejarah Aceh, Info kali ini adalah tentang Cornelis de Houtman Penjelajah Belanda yang tewas di Aceh !! Semoga tulisan singkat dengan kategori Aceh !! Aceh History !! ini bermanfaat bagi anda yang membutuhkan. Dan untuk anda yang baru berkunjung kenal dengan blog sederhana ini, Jangan lupa ikut menyebarluaskan postingan bertema Cornelis de Houtman Penjelajah Belanda yang tewas di Aceh ini ke social media anda, Semoga rezeki berlimpah ikut di permudahkan sang khalik yang maha kuasa, Selengkapnya lansung lihat infonya dibawah -->



Cornelis de Houtman (Gouda, 2 April 1565 - Aceh, Juni-Agustus 1599), saudara dari Frederik de Houtman, adalah seorang penjelajah Belanda yang menemukan jalur pelayaran dari Eropa ke Indonesia dan berhasil memulai perdagangan rempah-rempah bagi Belanda. Saat itu Kerajaan Portugis mempunyai monopoli terhadap perdagangan tersebut, dan perjalanan de Houtman adalah kemenangan simbolis bagi pihak Belanda, meski perjalanan tersebut sebenarnya berlangsung buruk.

Latar belakang dan awal perjalanan

Pada tahun 1592 Cornelis de Houtman dikirim oleh para pedagang Amsterdam ke Lisboa untuk menemukan sebanyak mungkin informasi mengenai Kepulauan Rempah-Rempah. Pada saat de Houtman kembali ke Amsterdan, Jan Huygen van Linschoten juga kembali dari India. Para pedagang tersebut memastikan bahwa Banten merupakan tempat yang paling tepat untuk membeli rempah-rempah. Pada 1594, mereka mendirikan compagnie van Verre (yang berarti "Perusahaan jarak jauh"), dan pada 2 April 1595 empat buah kapal meninggalkan Amsterdam: Amsterdam, Hollandia, Mauritius dan Duyfken.

Perjalanannya dipenuhi masalah sejak awal. Penyakit sariawan merebak hanya beberapa minggu setelah pelayaran dimulai akibat kurangnya makanan. Pertengkaran di antara para kapten kapal dan para pedagang menyebabkan beberapa orang terbunuh atau dipenjara di atas kapal. Di Madagaskar, di mana sebuah perhentian sesaat direncanakan, masalah lebih lanjut menyebabkan kematian lagi, dan kapal-kapalnya bertahan di sana selama enam bulan. (Teluk di Madagaskar tempat mereka berhenti kini dikenal sebagai "Kuburan Belanda").

Pada 27 Juni 1596, ekspedisi de Houtman tiba di Banten. Hanya 249 orang yang tersisa dari pelayaran awal. Penerimaan penduduk awalnya bersahabat, tapi setelah beberapa tabiat kasar yang ditunjukkan awak kapal Belanda, Sultan Banten, bersama dengan petugas Portugis di Banten, mengusir kapal Belanda tersebut.

Ekspedisi de Houtman berlanjut ke utara pantai Jawa. Kapalnya takluk ke pembajak. Beberapa tabiat buruk berujung ke salah pengertian dan kekerasan di Madura: seorang pangeran di Madura terbunuh, beberapa awak kapal Belanda ditangkap dan ditahan sehingga de Houtman membayar denda untuk melepaskannya.

Kapal-kapal tersebut lalu berlayar ke Bali, dan bertemu dengan raja Bali. Mereka akhirnya berhasil memperoleh beberapa pot merica pada 26 Februari 1597. Kapal-kapal Portugis melarang mereka mengisi persediaan air dan bahan-bahan di St. Helena. Dari 249 awak, hanya 87 yang berhasil kembali.

Cornelis de Houtman akhirnya tewas di Aceh dalam perjalanan :

pada tanggal 22 Juni 1586, Cornelis de Houtman memimpin pelayaran pertamanya bersama empat buah kapal Belanda dan berlabuh di Pelabuhan Banten. Setelah kembali ke Belanda, pada pelayaran yang kedua, ia memimpin armada dagang Belanda yang juga dilengkapi dengan kapal perang. Hal itu dilakukan untuk menghadapi kontak senjata dengan Kesultanan Aceh Darussalam pada tanggal 21 Juni 1599. Dua buah kapal Belanda bernama de Leeuw dan de Leeuwin yang dipimpin oleh dua orang bersaudara, Cornelis de Houtman dan Frederick de Houtman, berlabuh di ibukota Kesultanan Aceh Darussalam. Pada awalnya, kedatangan rombongan tersebut mendapat perlakuan yang baik dari pihak kesultanan karena adanya kepentingan hubungan perdagangan.

Namun, dalam perkembangan selanjutnya Sultan al-Mukammil tidak senang dengan kehadiran rombongan tersebut dan memerintahkan untuk menyerang orang-orang Belanda yang masih ada di kapal-kapalnya. Ada dugaan bahwa sikap Sultan tersebut banyak dipengaruhi oleh hasutan seseorang berkebangsaan Portugis yang kebetulan menjadi penerjemahnya. Serangan tersebut dipimpin sendiri oleh Laksamana Keumalahayati. Alhasil, Cornelis de Houtman dan beberapa anak buahnya terbunuh, sedangkan Frederick de Houtman tertangkap dan dimasukkan ke dalam penjara (selama 2 tahun). Keberhasilan Laksamana Keumalahayati merupakan sebuah prestasi yang sungguh luar biasa.


Meski perjalanan ini bisa dibilang gagal, ini juga dapat dianggap sebagai semacam kemenangan bagi Belanda. Pihak Belanda sejak saat itu mulai berlayar untuk berdagang ke Timur. Dalam lima tahun kemudian, 65 kapal Belanda telah berlayar ke wilayah tersebut dan bisa disebut memulai penjajahan Hindia-Belanda.


Demikianlah Artikel Cornelis de Houtman Penjelajah Belanda yang tewas di Aceh, Semoga dengan adanya artikel singkat seperti Informasi postingan Cornelis de Houtman Penjelajah Belanda yang tewas di Aceh ini, Anda benar benar sudah menemukan artikel yang sedang anda butuhkan Sekarang. Jangan lupa untuk menyebarluaskan informasi Cornelis de Houtman Penjelajah Belanda yang tewas di Aceh ini untuk orang orang terdekat anda, Bagikan infonya melalui fasilitas layanan Share Facebook maupun Twitter yang tersedia di situs ini.