Tampilkan postingan dengan label Perang. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Perang. Tampilkan semua postingan

Gambar Cut Meutia Harus Diganti

BANDA ACEH - Anggota DPD RI asal Aceh, Ghazali Abbas Adan meminta pihak Bank Indonesia (BI) dan pihak terkait lainnya mengganti gambar Cut Meutia yang tak berhijab di uang kertas pecahan Rp 1.000 tahun emisi 2016 dengan gambar Cut Meutia berhijab. Selain tidak sesuai fakta sejarah, gambar pahlawan perempuan Aceh tak berhijab di mata uang juga akan berpengaruh tak baik terhadap penegakan syariat Islam di Aceh.

Pandangan itu disampaikan Ghazali Abbas Adan saat memberikan kesaksiannya sebagai saksi fakta pada sidang lanjutan perkara gugatan untuk menghijabkan gambar Cut Meutia pada uang pecahan Rp 1.000 di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat, Selasa (19/9). Perkara yang dikenal “gugatan uang seribu” ini diajukan Anggota DPRA Asrizal H Asnawi bersama pengacaranya dari Yayasan Advokasi Rakyat Aceh (YARA), Safaruddin SH.



“Gambar Cut Meutia di uang seribu harus diganti dengan yang berhijab. Karena seperti sudah disampaikan dua saksi ahli tadi, ada rujukan lukisan pihak kolonial Belanda yang melukis Cut Meutia memakai penutup kepala,” kata Ghazali Abbas Adan, seperti dikutip pengacara penggugat, Safaruddin SH, melalui pesan tertulis kepada Serambi kemarin.

Sidang kemarin dipimpin oleh Tafsir Meliala Sembiring. Di depan majelis hakim, Ghazali juga memaparkan bahwa berdasarkan cerita dan beberapa literatur yang dipaparkan dua saksi ahli yang dihadirkan pada sidang kemarin, Cut Meutia adalah pahlawan yang juga sosok ulama perempuan. Hal ini terbukti dengan penabalan namanya pada sejumlah masjid di Aceh, termasuk masjid bersejarah di kawasan Menteng, Jakarta Pusat.

Ghazali mengatakan, dengan fakta-fakta tersebut sungguh tidak masuk akal jika seorang pahlawan yang berjuang di jalan Allah tidak memakai penutup kepala. Menjawab pertanyaan pengacara penggugat, Ghazali juga mengatakan sungguh tidak elok jika gambar Cut Meutia yang tidak berhijab itu ditempelkan di masjid-masjid yang mengabadikan nama Cut Meutia.

Ghazali Abbas juga membacakan bunyi Pasal 125 dan Pasal 127 UUPA tentang pelaksanaan syariat Islam di Aceh. “Saya pikir tidak ada ruginya bagi Bank Indonesia jika menggantikan gambar Cut Meutia yang tidak berhijab dengan gambar Cut Meutia yang berhijab. Nanti saya juga akan bicarakan hal ini dengan Deputi Bank Indonesia dan Menteri Keuangan RI,” kata Ghazali saat menanggapi pertanyaan dari perwakilan pengacara BI. Sidang akan dilanjutkan Selasa (26/9) dengan agenda mendengarkan saksi dari pihak BI


Adapun dua ahli yang dimintai pendapatnya dalam sidang itu kemarin adalah Dr Husaini Ibrahim selaku Kepala Laboratorium Sejarah FKIP Unsyiah sekaligus Dosen Sejarah FKIP Unsyiah dan Anggota Pemangku Adat pada Majelis Adat Aceh (MAA) Provinsi Aceh. Sementara saksi ahli kedua adalah Hermansyah selaku Dosen Filologi dan Kajian Manuskrip pada Prodi Sejarah Kebudayaan Islam di Fakultas Adab dan Humaniora UIN Ar-Raniry serta Ketua Masyarakat Pernaskahan Nusantara (Manassa) Provinsi Aceh.

Kedua ahli sejarah ini berpendapat tidak ada satu pun bukti bahwa foto Cut Meutia yang digunakan pada uang pecahan Rp 1.000 adalah foto asli. “Itu adalah foto palsu. Gambar itu awalnya merupakan gambar seorang model yang dipotret di studio foto milik Belanda di Kutaraja (Banda Aceh sekarang) untuk tujuan membuat post card,” kata Hermansyah di depan majelis hakim.

Untuk menguatkan keterangannya, Hermansyah juga melampirkan sejumlah bukti foto-foto perempuan Aceh pada masa Belanda yang menggunakan hijab saat berada di tempat umum. Dokumen-dokumen yang diperoleh dari website KITLV ini kemudian diserahkan oleh Hermansyah kepada majelis hakim. Dengan berbagai bukti tersebut, kedua ahli ini juga berharap agar pemerintah meninjau kembali penerbitan foto Cut Meutia.


Source: Serambi Indonesia

Galeri Perang Dunia II

 
American B-26 bombers pound German targets

 British soldiers on the beaches of Normandy. After D-day.

Men from the Italian SS division

 British Liberator bomber hit by German ack ack

 An American soldier in action with a flame-thrower

 A German transport plane has landed in the snows of Russia

 The ubiquitous and famous German motorcyclists in France

 These American soldiers won't be fighting anymore

 Finnish soldiers at Petrozavodsk

 The allies meet. May 1945. American and Russian troops meet in Germany


This is what remained of the ambitious German defences.  Atlantic Wall in Normandy

 Another marvel of German engineering. The railway 240 mm gun.


American marines take a breather


The Japanese Ha Go tank has been blown into inaction

Hungarian mini-tanks on the move

A Japanese kamikaze plane is shot before it could plunge onto the American aircraft carrier

Soviet soldiers engaged in bitter street fighting to finish off the remnants of the German resistance in Vienna. April 1945

American soldiers face fierce Japanese fire. Iowa Jima. February 1945

Sumber: http://pictureshistory.blogspot.com/

Tembok Atlantik

Artileri Jerman di pantai Normandia (1944)
Serba Sejarah - Tembok Atlantik (bahasa Jerman: Atlantikwall) adalah rangkaian sistem pertahanan pantai yang dibuat oleh Nazi Jerman pada Perang Dunia II sepanjang garis pantai Eropa Barat dari tahun 1942 sampai dengan 1944 . Pertahanan ini dibuat untuk mengantisipasi kemungkinan serangan Sekutu dari Britania Raya.


Pada tanggal 23 Maret 1942 Führer mengeluarkan Perintah Nomor 40 untuk pembentukan resmi Benteng Atlantik. Setelah serangan Inggris dan Kanada ke St. Nazaire yang berlangsung tanggal 13 April 1942, Hitler langsung memerintahkan agar setiap pangkalan Kriegsmarine dan U-boat Jerman dilengkapi dengan sistem pertahanan mumpuni. Perbentengan tetap dikonsentrasikan di sekeliling pelabuhan sampai dengan tahun 1943 ketika wilayah lain pun ikut mendapat pertahanan yang memadai.

Organisasi Todt, yang sebelumnya di masa pra-perang telah dengan sukses merancang Siegfried Line (Westwall) sepanjang perbatasan Prancis dan Jerman, menjadi kepala grup insinyur yang bertanggungjawab taerhadap rancangan dan konstruksi dari benteng-benteng utama Atlantikwall. Ribuan pekerja paksa dari negara jajahan dikerahkan untuk membangun jalinan benteng raksasa yang membentang di sepanjang pantai Belanda, Belgia dan Prancis yang menghadap ke Selat Inggris.

Awal tahun 1944, Generalfeldmarschall Erwin Rommel ditugaskan untuk mengawasi pertahanan Benteng Atlantik. Setelah ngalor-ngidul menginspeksi pertahanan Jerman di sepanjang pantai Eropa Barat, ia datang pada satu kesimpulan bahwa benteng tersebut masih jauh dari sempurna, begitu banyak kelemahan dan bolong disana-sini sehingga mutlak harus diperkuat secepat mungkin. Di bawah perintah langsungnya, jalinan bunker beton tambahan dibangun di sepanjang pantai dan kadang-kadang sedikit ke dalam. Jumlahnya mencapai puluhan dan difungsikan sebagai kubu pertahanan senapan mesin, senjata anti-tank plus artileri ringan. Tidak lupa pula ditanamkan ranjau dan penghalang tank di pasir pantai itu sendiri, sementara penghalang bawah air dan ranjau laut disebarkan di perairannya. Tujuannya apalagi kalau bukan merontokkan sang penyerang bahkan sebelum mereka menginjak daratan!

Ketika invasi yang ditunggu-tunggu itu akhirnya datang juga, pihak Jerman tercatat telah menanamkan tidak kurang dari enam juta ranjau di Prancis Utara! Lebih banyak lagi pertahanan artileri/senapan mesin dan ranjau darat ketika menjorok lebih dalam ke daratan, di sepanjang jalanan yang menuju ke arah pantai. Di tempat-tempat yang diperkirakan akan menjadi lokasi pendaratan pasukan parasut dan pesawat glider, Jerman menempatkan tiang-tiang miring dengan ujung runcing, yang kemudian dinamakan para prajurit Wehrmacht sebagai Rommelspargel (Asparagus Rommel). Dataran rendah dan daerah muara sungai dipenuhi oleh air sehingga tidak bisa didarati.

Rommel mempunyai keyakinan tak terbantahkan bahwa pantailah yang akan menjadi kunci dari pertempuran mendatang. Bila Sekutu berhasil mengatasi pertahanan yang dibangun Jerman disana dan berhasil menerobos masuk ke daratan, maka hasil akhir dari perang sudah bisa dipastikan: kekalahan Jerman.

Meskipun Benteng Atlantik tak pernah benar-benar terselesaikan dengan sempurna, tapi keberadaannya telah membuat Amerika dan Inggris semakin berhati-hati untuk melaksanakan rencana invasinya, terbukti dari protes Uni Soviet yang menanyakan kenapa Sekutu Barat mereka belum juga membuka front kedua yang dinanti-nanti (barulah Sekutu membuka front baru tanggal 6 Juni 1944, yang bisa dikatakan hanya kurang setahun dari berakhirnya perang!). Benteng Atlantik terutama terdiri dari baterai artileri, bunker dan ranjau, yang dari tahun 1942-1944 membentang dari perbatasan Prancis-Spanyol sampai ke Norwegia (Festung Norwegen). Banyak dari bunker-bunker tersebut yang masih ada sampai saat ini. Sebagai contohnya adalah bunker yang berada di dekat Scheveningen, Den Haag, Katwijk dan di Normandia. Di wilayah Oostende (Belgia), masyarakat umum bisa mengunjungi bagian dari pertahanan tersebut yang masih utuh dan terawat, yang terdiri dari penempatan "Saltzwedel neu battery" dan "Stützpunkt Bensberg", lengkap dengan mess prajurit penjaga dan fasilitas-fasilitas lainnya. Konstruksi ini digunakanm oleh unit dari staff pasukan zeni Jerman (Pionierstab) yang bertanggungjawab terhadap pembangunan bunker.

Kepulauan Channel tidak lupa dipertahankan dengan maksimal, terutama Pulau Alderney yang terletak paling dekat dengan Prancis daratan. Hitler telah mendeklarasikan bahwa 10% dari baja dan beton yang digunakan untuk Benteng Atlantik haruslah diperuntukkan untuk Kepulauan Channel, semata karena pentingnya propaganda bahwa masih ada wilayah Inggris yang dikontrol Jerman. Nyatanya, Sekutu malah melewatkan pulau tersebut dan bahkan tidak mencoba sedikitpun untuk membebaskannya ketika mereka menyerbu Normandia! Garnisun-garnisun Jerman yang menjaga kepulauan disana tidak menyerah sampai dengan tanggal 9 Mei 1945 - satu hari setelah menyerahnya secara resmi Angkatan Perang Jerman. Bahkan garnisun Jerman di Alderney tidak menyerah-nyerah juga sampai dengan tanggal 16 Mei!

Faktanya, Pulau Walcheren dikategorikan sebagai "konsentrasi pertahanan Nazi terkuat yang pernah dibangun."

Benteng Atlantik sendiri bukanlah merupakan sebuah organisasi yang tunggal (kecuali peng-administrasian bangunannya). Secara militer, ia dibagi menjadi delapan komando:
- Komando Tentara Norwegia
- Komandan Pasukan di Denmark
- Komando Penempatan Jerman
- Komando Wehrmacht Belanda
- Armee Oberkommando 15 (Zona Tentara Ke-15)
- Armee Oberkommando 7 (Zona Tentara Ke-7)
- Armee Oberkommando 1 (Zona Tentara Ke-1)
- Armee Oberkommando 19 (Zona Tentara Ke-19)

Hitler memerintahkan kepada pelabuhan-pelabuhan juga posisi penting yang merupakan bagian dari Benteng Atlantik dan dipertahankan dengan kuat untuk bertempur sampai akhir. Perintah ini ditaati, dan beberapa dari mereka tetap di tangan Jerman sampai tibanya penyerahan tanpa syarat tanggal 8 Mei 1945! Terus bagaimana mereka bisa bertahan selama itu? Beberapa dari benteng pertahanan tersebut disuplai melalui jalan laut oleh U-boat setelah di daratan mereka terkepung dengan hebatnya. Para prajurit yang menjaga pertahanan-pertahanan Jerman yang super-ngotot ini termasuk juga sukarelawan dari Rusia dan pasukan SS fanatik.

Benteng-Benteng Atlantikwall:
  1. Cherbourg. Komandannya adalah Generalleutnant Karl-Wilhelm von Schlieben. Pasukan penjaga terdiri dari 47.000 orang, dan menyerah tanggal 27 Juni 1944.
  2. Saint-Malo/Dinard. Komandannya adalah Oberst Andrea von Aulock. Pasukan penjaga terdiri dari 12.000 orang, dan menyerah tanggal 17 Agustus 1944.
  3. Alderney. Menyerah tanggal 16 Mei 1945 (paling akhir menyerah).
  4. Brest. Komandannya adalah General der Fallschirmtruppe Hermann-Bernhard Ramcke. Pasukan penjaga terdiri dari 38.000 orang, dan menyerah tanggal 2 September 1944.
  5. Lorient. Komandannya adalah Generalleutnant Hans Junck. Pasukan penjaga terdiri dari 15.000 orang, dan menyerah tanggal 8 Mei 1945.
  6. Teluk Quiberon dan Belle Île. Komandannya adalah General der Artillerie Wilhelm Fahrmbacher. Pasukan penjaga terdiri dari 25.000 orang.
  7. St. Nazaire. Komandannya adalah Generalleutnant Hans Junck. Pasukan penjaga terdiri dari 35.000 orang, dan menyerah tanggal 8 Mei 1945.
  8. La Rochelle/La Pallice. Komandannya adalah Vizeadmiral Ernst Schirlitz. Menyerah tanggal 8 Mei 1945.
  9. Le Havre. Komandannya adalah Oberst Eberhard Wildermuth. Pasukan penjaga terdiri dari 14.000 orang, dan menyerah tanggal 14 September 1944.
  10. Boulogne. Komandannya adalah Generalleutnant Ferdinand Heim. Pasukan penjaga terdiri dari 10.000 orang, dan menyerah tanggal 22 September 1944.
  11. Calais/Cap Gris-Nez. Komandannya adalah Oberstleutnant Ludwig Schroeder. Pasukan penjaga terdiri dari 9.000 orang, dan menyerah tanggal 30 September 1944.
  12. Dunkirk. Komandannya adalah Admiral Friedrich Frisus. Pasukan penjaga terdiri dari 12.000 orang, dan menyerah bulan Mei 1945.
  13. Ostend. Tak ada keterangan tentang benteng yang satu ini.
  14. Zeebrugge. Komandannya adalah Generalmajor Knut Eberding. Pasukan penjaga terdiri dari 14.000 orang, dan menyerah tanggal 1 November 1944.
  15. Scheldt. Komandannya adalah Generalleutnant Wilhelm Daser. Pasukan penjaga terdiri dari 8.000 orang, dan menyerah tanggal 6 November 1944.

Sumber :
www.en.wikipedia.org
www.ww2incolor.com